Profil Desa Pekuncen

Ketahui informasi secara rinci Desa Pekuncen mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pekuncen

Tentang Kami

Profil Desa Pekuncen, Sempor, Kebumen. Mengupas kehidupan masyarakat agraris yang harmonis dan potensinya yang besar sebagai desa wisata alam berkat pesona curug (air terjun) serta lanskap perbukitan yang asri.

  • Potensi Wisata Alam Terpendam

    Desa ini menyimpan keindahan alam murni berupa beberapa air terjun (curug) dan ekosistem perbukitan hijau yang menjadi aset utama untuk pengembangan sektor ekowisata berbasis komunitas.

  • Fondasi Agraris yang Tangguh

    Kehidupan masyarakat secara fundamental ditopang oleh sistem pertanian campuran yang lestari, meliputi sawah tadah hujan di lembah dan agroforestri (wana tani) di perbukitan.

  • Semangat Komunitas sebagai Penjaga

    Sesuai dengan filosofi namanya, masyarakat lokal melalui kelompok sadar wisata (Pokdarwis) mulai mengambil peran aktif sebagai "kuncen" atau penjaga sekaligus pengembang potensi alam desanya.

XM Broker

Di sebuah lembah yang tenang di antara jajaran perbukitan Sempor, Kabupaten Kebumen, terhampar Desa Pekuncen, sebuah wilayah di mana gemericik air sungai dan hijaunya vegetasi menjadi melodi utama kehidupan. Nama "Pekuncen" sendiri, yang berakar dari kata "kuncen" atau juru kunci, seolah memberi isyarat akan perannya sebagai penjaga—penjaga tradisi agraris yang telah diwariskan turun-temurun dan kini, juga sebagai penjaga pesona alam tersembunyi yang mulai terkuak. Desa Pekuncen merupakan potret komunitas yang hidup harmonis dengan alam, dengan fondasi ekonomi yang kokoh di sektor pertanian dan potensi besar yang menanti di sektor pariwisata alam.

Geografi, Sejarah, dan Filosofi Nama "Pekuncen"

Secara geografis, Desa Pekuncen menempati wilayah lembah dan perbukitan dengan kontur yang bervariasi. Wilayah ini dialiri oleh beberapa anak sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi lahan pertanian dan masyarakat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Pekuncen memiliki luas wilayah 2,43 kilometer persegi (243 hektare). Sebagian besar lahannya dimanfaatkan untuk sawah tadah hujan dan perkebunan rakyat.Wilayahnya berbatasan dengan desa-desa tetangga yang membentuk satu ekosistem sosial-ekologis. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Jatinegara. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Kalibeji. Sementara di sisi selatan dan barat berbatasan dengan Desa Somagede. Secara historis dan etimologis, nama Pekuncen diyakini berasal dari fungsi wilayah ini di masa lalu sebagai tempat tinggal para "kuncen" atau penjaga sebuah kawasan penting. Filosofi sebagai "penjaga" ini kini menemukan relevansi baru, di mana masyarakat secara kolektif mulai mengambil peran sebagai penjaga kelestarian alam dan aset wisata desanya.

Demografi dan Karakter Masyarakat yang Menyatu dengan Alam

Berdasarkan data kependudukan terbaru, Desa Pekuncen dihuni oleh 2.628 jiwa. Dengan luas wilayahnya, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.081 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya ialah petani, yang menggantungkan hidupnya pada hasil bumi. Pola kehidupan masyarakatnya sangat terikat dengan siklus alam, mulai dari musim tanam, panen, hingga irama cuaca yang menentukan keberhasilan pertanian mereka.Karakter masyarakat Pekuncen cenderung komunal, religius, dan memegang teguh semangat gotong royong. Interaksi yang intens dengan lingkungan alam yang asri membentuk pribadi-pribadi yang bersahaja dan menghargai kesederhanaan. Keterikatan ini menjadi modal sosial yang kuat, terutama dalam upaya-upaya kolektif seperti merawat saluran irigasi atau merintis pembangunan fasilitas untuk tujuan wisata.

Tata Kelola Pemerintahan dan Visi Pengembangan Desa

Pemerintah Desa Pekuncen, bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), menjalankan roda pemerintahan dengan visi untuk menyeimbangkan antara penguatan sektor pertanian yang sudah mapan dengan pengembangan potensi baru di sektor pariwisata. Pemerintah desa berperan sebagai inisiator dan fasilitator, terutama dalam mendukung terbentuknya dan bergeraknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).Salah satu fokus utama ialah membuka aksesibilitas menuju lokasi-lokasi wisata potensial tanpa merusak lingkungan. Pemanfaatan Dana Desa dan sumber anggaran lainnya diarahkan secara strategis untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti perbaikan jalan setapak dan pembangunan fasilitas umum sederhana. "Kami ingin pariwisata di Pekuncen tumbuh secara organik dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Tujuannya agar manfaat ekonominya dapat dirasakan langsung, dan yang terpenting, agar masyarakat memiliki rasa memiliki yang tinggi untuk menjaga aset alamnya," demikian pandangan dari salah satu tokoh desa.

Urat Nadi Kehidupan: Pertanian Campuran yang Lestari

Sektor pertanian merupakan urat nadi yang telah menghidupi Desa Pekuncen selama berabad-abad. Sistem pertanian yang diterapkan merupakan model pertanian campuran yang tangguh dan adaptif terhadap kondisi alam. Di lahan-lahan yang lebih datar di dasar lembah, masyarakat menanam padi di sawah tadah hujan, yang sangat bergantung pada curah hujan musiman.Di lereng-lereng perbukitan, masyarakat menerapkan sistem agroforestri atau wana tani. Mereka menanam berbagai jenis tanaman keras yang memiliki fungsi ekologis sebagai penahan erosi sekaligus bernilai ekonomis, seperti pohon jati, mahoni, dan albasia. Di bawah tegakan pohon-pohon tersebut, ditanam pula komoditas lain seperti kapulaga, jahe, kunyit, serta berbagai jenis umbi-umbian. Model pertanian terintegrasi ini tidak hanya memberikan diversifikasi sumber pendapatan bagi petani, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem perbukitan.

Pesona Tersembunyi: Potensi Curug sebagai Magnet Wisata

Daya tarik utama yang membedakan Pekuncen dari desa-desa lain di sekitarnya ialah potensi wisata alamnya yang masih sangat alami, terutama keberadaan beberapa air terjun atau curug. Salah satu yang mulai dikenal ialah Curug Domas. Curug-curug ini menawarkan keindahan alam yang masih perawan, dengan air yang jernih mengalir di antara bebatuan dan vegetasi hutan yang lebat.Saat ini, pengembangan potensi wisata ini masih berada pada tahap rintisan yang digerakkan oleh semangat swadaya masyarakat melalui Pokdarwis. Mereka secara gotong royong membersihkan dan membangun jalan setapak, membuat papan penunjuk arah, serta menyediakan area parkir sederhana. Promosi dilakukan dari mulut ke mulut dan melalui media sosial, menarik minat para pencinta alam dan petualang yang mencari destinasi anti-arus utama. Pesona tersembunyi inilah yang menjadi harapan baru bagi diversifikasi ekonomi desa di masa depan.

Merintis Masa Depan: Tantangan dan Peluang Ekowisata

Perjalanan Desa Pekuncen untuk menjadi sebuah desa ekowisata yang maju masih panjang dan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Aksesibilitas menuju lokasi curug yang masih sulit menjadi kendala utama. Keterbatasan modal untuk membangun fasilitas yang memadai serta kebutuhan akan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan dan pelayanan juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.Namun di tengah tantangan tersebut, terbentang peluang yang sangat besar. Tren pariwisata pasca-pandemi yang lebih menyukai destinasi alam terbuka, sepi, dan otentik menjadi keuntungan bagi Pekuncen. Konsep ekowisata berbasis komunitas, di mana wisatawan tidak hanya menikmati alam tetapi juga berinteraksi dan belajar tentang kehidupan masyarakat agraris, dapat menjadi model pengembangan yang ideal.Visi ke depan Desa Pekuncen ialah menjadi destinasi ekowisata yang berkelanjutan, di mana kemajuan ekonomi berjalan selaras dengan konservasi alam dan pelestarian budaya. Dengan terus memegang teguh semangat sebagai "penjaga", masyarakat Pekuncen berpeluang besar untuk tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka, tetapi juga memperkenalkan warisan alam dan kearifan lokalnya kepada dunia luar.